MAKALAH
MASALAH KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNG
ANEMIA
Disusun untuk memenuhi tugas : Teknik Informatika dan Komputer
Dosen Pengampu : Kresno Aryo Wibowo SE.,M.Kom
Disusun Oleh :
ISMIATI
IDA MARFUAH
P19174/P19D
PRODI
D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
KUSUMA HUSADA SURAKARTA
20202021
ANEMIA
A. Pengertian
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematocrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilamn. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkann penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru)
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah. Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan tingkat keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal. Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 14 gram perdesiliter untuk laki-laki, dan di bawah 12 gram per desiliter untuk wanita. Untuk mengatasi anemia tergantung kepada penyebab yang mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah, sampai operasi.(Willy,2019)
Kriteria anemia
menurut WHO (dikutip dari Hoffbrand AV, et al.2001)
Kelompok |
Kriteria |
Laki-laki dewasa |
<13g/dl |
Wanita dewasa tidak hamil |
<12g/dl |
Wanita hamil |
<11g/dl |
B.
Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri
(disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit
dasar(underlying disease). Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah
merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup
oksigen dan tidak berfungsi secara normal (hipoksia).
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi
berikut ini :
1.
Produksi
sel darah merah yang kurang
2.
Kehilangan
darah secara berlebihan
3.
Hancurnya
sel darah merah yang terlalu cepat
Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya :
1.
Anemia
defisiensi zat besi
Kekurangan
zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin (Hb). Kondisi ini
bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan atau karena tubuh
tidak mampu menyerap zat besi, misalnya akibat penyakit celiac.
2.
Anemia
pada masa kehamilan
Ibu
hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah dan hal ini normal. Meskipun
demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil, sehingga dibutuhkan lebih
banyak zat pembentuk hemoglobin, seperti asam folat, zat besi, vitamin B12.
Bila asupan ketiga nutrisi tersebut kurang, dapat terjadi anemia yang bisa
membahayakan ibu hamil maupun janin.
3.
Anemia
akibat perdarahan
Anemia
dapat disebabkan oleh adanya perdarahan berat yang terjadi secara perlahan dam
Lam
waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya biasanya cedera, gangguan
menstruasi, wassir, peradangan pada lambung, kanker usus, efek samping obat
(seperti antiinflamasi nonsteroid/OAINS). Selain itu, anemia karena perdarahan
juga bisa merupakan gejala cacingan akibat infeksi cacing tambang yang
menghisap darah dari dinding usus.
4.
Anemia
aplastic
Anemia
aplastic terjadi ketikakerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh tidak mampu
lagi menghasilkan sel darah merah secara optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh
infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat
antibiotic dan untuk mengatasi rheumatoid
arthritis.
5.
Anemia
hemolitik
Anemia
hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat daripada
pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orangtua, atau didapat
setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit
autoimun, serta efek samping dari obat-obatan seperti paracetamol, penisilin,
dan obat antimalarial.
6.
Anemia
akibat penyakit kronis
Beberapa
penyakit dapat mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah, terutama bila
berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa diantaranya adalah penyakit crohn,
ginjal, kanker, rheumatois arthritis, dan HIV/AIDS.
7.
Anemia
sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia
sel sabit disebabtkan oleh mutasi atau perubahan genetic pada hemoglobin.
Akibatnya hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal, yaitu seperti
bulan sabit.
8.
Thalassemia
Thalassemia disebabkan oleh mutasi gen yang mempengaruhi rpoduksi hemoglobin. Seseorang dapat menderita thalassemia jika satu atau kedua orangtuanya memiliki kondisi yang sama.
C. Manifestasi Klinik
1. Manifestasi klinik yang sering muncul
a.
Pusing
b.
Mudah
berkunang-kunang
c.
Lesu
d.
Aktivitas
kurang
e.
Rasa
mengantuk
f.
Susah
konsentrasi
g.
Cepat
lelah
h.
Prestasi
kerja fisik/pikiran menurun
i.
Detak
ajntung tidak teratur
j.
Nyeri
dada
k.
Dingin
di tangan dan kaki
2.
Gejala
khas masing-masing anemia :
a.
Perdarahan
berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi besi
b. Icterus,
urine berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia
hemolitik.
c. Mudah infeksi pada anemia aplastic dari anemia karena karena keganasan
3.
Pemeriksaan
fisik
a. Tanda-tanda
anemia umum : pucat, takikardia, pulsus celer, suara pembuluh darah spontan,
bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung.
b.
Manifestasi
khusus pada anemia
1.)
Defisiensi
besi : spoon nail, glositis disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis, angularis
2.)
Defisiensi
B12 : paresis, ulkus di tungkai, lidah merah/ buffy tongue
3.)
Hemolitik
: icterus, hepatosplenomegali
4.) Aplastic : anemia biasanya berat, perdarahan kulit atau mukosa, infeksi.
D. Patofisiologi dan Pathway
1.
Patofisiologi
Patofisiologi Anemia Zat besi diperlukan untuk hemopoesis
(pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor
penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut
elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase).
Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga
anemia pada balita sukar untuk dideteksi. Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai
dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat
besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap
yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan
transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan
akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia
dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186:303) Bila
sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi
feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan simpanan
zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan
menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin
serumnya.
2.
Pathway
E. Komplikasi
1. Pemeriksaan otot buruk
2. Daya
konsentrasi menurun
3. Hasil uji
perkembangan menurun
4. Kemampuan
mengolah informasi yang didengar menurun
5. Sepsis
6. Sensitifitas terhadap antigen donor yang berreaksi-silang menyebabkan perdarahan yang tidak terkendali
7. Cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sumsum tulang)
8. Kegagalan
cangkok sumsum
9. Leukimia
mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi.
F. Masalah Keperawatan
1.
Keletihan
b.d Kondisi Fisiologis (Anemia)
2.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Faktor biologis
3.
Intoleran
aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
dalam darah
5. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadekuat intake
makanan
6.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
7.
Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
8.
Kecemasan
orang tua berhubungan dengan proses penyakit anak
9.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar dengan informasi
10. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh
sekunder menurun (penurunan Hb) prosedur invasif.
DAFTAR PUSTAKA
M.Khaidir.2007.Jurnal Averrous Vol.4 N0.2
2018, (https://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/23/22.ac.id, diakses 27 September 2020)
Ndun, Festy Trinia.2018.Studi
Kasus Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia,(online),(http://repository.poltekeskupang.ac.id/346/1/FESTY%20TRISNIA%20NDUN.pdf,diakses 26 September 2020)
Nurarif, Amin Huda. dan Hardhi Kusuma.2016. Asuhan
Keperawatan Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta Mediaction.
Pathway of anemia-Be Health, Inside and Outside To
Reach.2014,(online), (https://bersamaraihprestasi.wordpress.com/2014/05/28/pathway-of-anemia/,diakses 26 September 2020)
Pratiwi, Indah Agustin.2017.
Asuhan Keperawatan pada Kliien dengan Gangguan Sistem Hematologi
Anemia,(online), (http://nurseindahagustinp.blogspot.com/2017/05/asuhan-keperawatan-klien-dengan-anemia.html,diakses 26 September 2020)
Willy,Tjin.2019.”Anemia”,(artikel
online), (www.alodokter.com/anemia,diakses 26 September 2020 )